Di sebuah desa di balik bukit nan
sejuk, terdapat sebuah pabrik kaca. Pabrik ini mempekerjakan 150 karyawan.
Setiap harinya beroperasi pukul 08.00 s/d 16.00 waktu setempat. Rata-rata
setiap karyawannya telah bekerja selama 20 tahun di sana. Tentu saja mereka
sangat ahli dalam bidang "perkacaan", dengan lincahnya mereka bekerja
setiap harinya. Hari demi hari berlalu, mereka terus bekerja seperti biasanya
sampai pada suatu hari, ketika pabrik mereka menerima suatu pesanan kaca kapal
selam yang 50% lapisan luarnya dari kaca - yang akan digunakan untuk wisata
bawah laut.
Mereka pun mulai bekerja seperti
biasanya setiap harinya.
Tetapi di tengah pembuatannya, si
pemesan berjanji memberikan kesempatan untuk perjalanan pertamanya diberikan
khusus bagi semua karyawan pabrik tersebut beserta keluarganya.
Mendengar janji tersebut, semua
karyawan tersebut kembali melanjutkan pekerjaan mereka, tetapi ada yang berbeda
dari mereka. Cara mereka bekerja pun mulai lebih hati-hati. Mengerjakan
semuanya mulai dengan sangat hati-hati. Setiap ada kekurangan, tidak diberikan
pengecualian, mereka ulangi lagi dari awal. Alhasil mereka semua mengerjakan
tugas ini dengan "hati", karena pikir mereka kapal selam ini akan
digunakan untuk wisata di bawah laut mereka dengan keluarga.
Sehingga ketika mengerjakan
detail demi detail kaca-kaca tersebut mereka mulai memikirkan hasil kerja
mereka apakah akan dapat menahan tekanan air laut dan apakah dapat memberikan
pemandangan bawah laut yang baik. Juga setiap setiap kemungkinan yang akan
mereka hadapi di bawah laut nanti semakin mereka jiwai.
Filosofi bekerja mereka
perlahan-lahan mulai berubah. Mereka lebih mencintai pekerjaan mereka dan
dengan lebih sadar menyadari apa yang sedang mereka kerjakan akan sangat
penting hasilnya.
Singkat cerita, hasil pekerjaan
mereka dapat dikatakan sangat luar biasa, akhirnya si pemesan merasa sangat
puas dan memenuhi janjinya dengan memberikan perjalanan pertama kapal selam itu
kepada para karyawan pabrik kaca itu dan keluarganya. Dan dalam perjalanan itu
semua pekerja pabrik itu sangat bangga melihat dan menikmati hasil pekerjaan
mereka.
Dan mulai hari itu semua pekerja
di pabrik kaca itu selalu bekerja dengan hati dan dengan menyadari tujuan
pekerjaan - akan digunakan untuk apa - apa dampaknya - dan mereka semua semakin
bekerja dengan usaha terbaiknya.
Berkaca dengan cerita di atas
alangkah indahnya jika kita analogikan BPS adalah pabrik kaca tersebut, setiap
pegawai BPS mulai dari pusat, daerah sampai kepada mitra-mitra yang direkrut
dalam kegiatan BPS adalah setiap karyawan pabrik kaca tersebut, dan PIA adalah
filosofi pabrik kaca tersebut. Tentunya kita semua akan dapat bekerja dengan
sangat baik jika kita menyadari tujuan pekerjaan ini dan akan digunakan untuk
apa hasilnya nanti.
Khususnya KSK sebagai ujung
tombak, menurut saya tidak hanya KSK tetapi juga setiap mitra yang direkrut
adalah ujung tombak BPS yang harus juga kita berikan pengertian untuk apa
kegiatan BPS ini dengan bagaimanakah SOP untuk mencapainya. Selama ini hanya
disampaikan tujuan yang "masih di awang-awang", tidak pada pengertian
yang dalam. Misalnya: Sakernas akan digunakan untuk gambaran tenaga kerja,
Susenas untuk menghitung garis kemiskinan, PPLS untuk mendapatkan database
terpadu untuk program perlindungan sosial, dll. Sehingga dalam pelaksanaan
lapangannya petugas BPS (organik dan non organik BPS) kurang dalam memahami dan
mengerjakan tugasnya.
Seandainya, misalnya: Sakernas
digunakan untuk gambaran tenaga kerja, dan dilanjutkan lagi kalau gambaran
tenaga kerja salah satunya: angka pengangguran. Angka pengangguran ini akan
menggambarkan kinerja pemerintah di daerahnya masing-masing yang akan
diperhatikan secara berkala untuk mengetahui perkembangannya. Di mana angka
pengangguran ini mempunyai "tren yang wajar". Jadi ketika hasil
pekerjaan kita nanti menunjukkan "tren yang tidak wajar" - naik atau
turun secara drastis atau hal-hal tidak wajar lainnya - akan menjadi pertanyaan
bagi kredibilitas BPS sendiri. Begitu juga dengan persentase bekerja menurut
lapangan usahanya apabila dibandingkan secara berkala bagaimanakah
pergerakannya? Apakah wajar? Dll. Apakah kita cukup "menyalahkan"
sampling error?
Begitu juga dengan banyak
kegiatan BPS lainnya. Jika setiap petugas yang notabene-nya ujung tombak tadi
yang langsung berhadapan langsung dengan masyarakat - ketika dia sudah memahami
pekerjaannya dengan baik - dia pasti tidak akan bekerja sekedar, tetapi pasti
akan menghasilkan data yang baik. Ketika data yang dihasilkan baik pastinya
akan menggambarkan keadaan sebenarnya (baca statistik menduga parameter) dengan
tingkat kesalahan yang dapat kita toleransi.
Memang untuk memberikan pemahaman
yang dalam seperti itu dibutuhkan tenaga, waktu, dan biaya lebih. Namun jika
kita bandingkan dengan hasil yang kita dapatkan apakah kita rugi? Jika kita
bandingkan dengan efek yang kita terima nanti, apakah kita rugi? Secara
keseluruhan apakah kita rugi?
Untuk itu bagaimana kalau pelatihan peningkatan kapasitas diadakan secara rutin, melibatkan seluruh insan BPS sampai KSK. Untuk mitra bisa dilakukan di hari pelatihan kegiatan tersebut dengan menambahkan materi dan hari mengenai hasil kegiatan itu nantinya. Atau mungkin juga dengan peningkatan kapasitas mandiri (tenaga, waktu, dan biaya sendiri) yang diadakan atas dasar inisiatif BPS Kabupaten/Kota itu sendiri di masing-masing daerahnya.
yap,..benar sekali,..bnyak aspek kehidupan juga yg spt ini,...hohohoho
ReplyDelete