Monday, November 12, 2012

Pabrik Kaca dan BPS


Di sebuah desa di balik bukit nan sejuk, terdapat sebuah pabrik kaca. Pabrik ini mempekerjakan 150 karyawan. Setiap harinya beroperasi pukul 08.00 s/d 16.00 waktu setempat. Rata-rata setiap karyawannya telah bekerja selama 20 tahun di sana. Tentu saja mereka sangat ahli dalam bidang "perkacaan", dengan lincahnya mereka bekerja setiap harinya. Hari demi hari berlalu, mereka terus bekerja seperti biasanya sampai pada suatu hari, ketika pabrik mereka menerima suatu pesanan kaca kapal selam yang 50% lapisan luarnya dari kaca - yang akan digunakan untuk wisata bawah laut.


Mereka pun mulai bekerja seperti biasanya setiap harinya.

Tetapi di tengah pembuatannya, si pemesan berjanji memberikan kesempatan untuk perjalanan pertamanya diberikan khusus bagi semua karyawan pabrik tersebut beserta keluarganya.

Mendengar janji tersebut, semua karyawan tersebut kembali melanjutkan pekerjaan mereka, tetapi ada yang berbeda dari mereka. Cara mereka bekerja pun mulai lebih hati-hati. Mengerjakan semuanya mulai dengan sangat hati-hati. Setiap ada kekurangan, tidak diberikan pengecualian, mereka ulangi lagi dari awal. Alhasil mereka semua mengerjakan tugas ini dengan "hati", karena pikir mereka kapal selam ini akan digunakan untuk wisata di bawah laut mereka dengan keluarga.

Sehingga ketika mengerjakan detail demi detail kaca-kaca tersebut mereka mulai memikirkan hasil kerja mereka apakah akan dapat menahan tekanan air laut dan apakah dapat memberikan pemandangan bawah laut yang baik. Juga setiap setiap kemungkinan yang akan mereka hadapi di bawah laut nanti semakin mereka jiwai.

Filosofi bekerja mereka perlahan-lahan mulai berubah. Mereka lebih mencintai pekerjaan mereka dan dengan lebih sadar menyadari apa yang sedang mereka kerjakan akan sangat penting hasilnya.

Singkat cerita, hasil pekerjaan mereka dapat dikatakan sangat luar biasa, akhirnya si pemesan merasa sangat puas dan memenuhi janjinya dengan memberikan perjalanan pertama kapal selam itu kepada para karyawan pabrik kaca itu dan keluarganya. Dan dalam perjalanan itu semua pekerja pabrik itu sangat bangga melihat dan menikmati hasil pekerjaan mereka.

Dan mulai hari itu semua pekerja di pabrik kaca itu selalu bekerja dengan hati dan dengan menyadari tujuan pekerjaan - akan digunakan untuk apa - apa dampaknya - dan mereka semua semakin bekerja dengan usaha terbaiknya.

Berkaca dengan cerita di atas alangkah indahnya jika kita analogikan BPS adalah pabrik kaca tersebut, setiap pegawai BPS mulai dari pusat, daerah sampai kepada mitra-mitra yang direkrut dalam kegiatan BPS adalah setiap karyawan pabrik kaca tersebut, dan PIA adalah filosofi pabrik kaca tersebut. Tentunya kita semua akan dapat bekerja dengan sangat baik jika kita menyadari tujuan pekerjaan ini dan akan digunakan untuk apa hasilnya nanti.

Khususnya KSK sebagai ujung tombak, menurut saya tidak hanya KSK tetapi juga setiap mitra yang direkrut adalah ujung tombak BPS yang harus juga kita berikan pengertian untuk apa kegiatan BPS ini dengan bagaimanakah SOP untuk mencapainya. Selama ini hanya disampaikan tujuan yang "masih di awang-awang", tidak pada pengertian yang dalam. Misalnya: Sakernas akan digunakan untuk gambaran tenaga kerja, Susenas untuk menghitung garis kemiskinan, PPLS untuk mendapatkan database terpadu untuk program perlindungan sosial, dll. Sehingga dalam pelaksanaan lapangannya petugas BPS (organik dan non organik BPS) kurang dalam memahami dan mengerjakan tugasnya.

Seandainya, misalnya: Sakernas digunakan untuk gambaran tenaga kerja, dan dilanjutkan lagi kalau gambaran tenaga kerja salah satunya: angka pengangguran. Angka pengangguran ini akan menggambarkan kinerja pemerintah di daerahnya masing-masing yang akan diperhatikan secara berkala untuk mengetahui perkembangannya. Di mana angka pengangguran ini mempunyai "tren yang wajar". Jadi ketika hasil pekerjaan kita nanti menunjukkan "tren yang tidak wajar" - naik atau turun secara drastis atau hal-hal tidak wajar lainnya - akan menjadi pertanyaan bagi kredibilitas BPS sendiri. Begitu juga dengan persentase bekerja menurut lapangan usahanya apabila dibandingkan secara berkala bagaimanakah pergerakannya? Apakah wajar? Dll. Apakah kita cukup "menyalahkan" sampling error?

Begitu juga dengan banyak kegiatan BPS lainnya. Jika setiap petugas yang notabene-nya ujung tombak tadi yang langsung berhadapan langsung dengan masyarakat - ketika dia sudah memahami pekerjaannya dengan baik - dia pasti tidak akan bekerja sekedar, tetapi pasti akan menghasilkan data yang baik. Ketika data yang dihasilkan baik pastinya akan menggambarkan keadaan sebenarnya (baca statistik menduga parameter) dengan tingkat kesalahan yang dapat kita toleransi.

Memang untuk memberikan pemahaman yang dalam seperti itu dibutuhkan tenaga, waktu, dan biaya lebih. Namun jika kita bandingkan dengan hasil yang kita dapatkan apakah kita rugi? Jika kita bandingkan dengan efek yang kita terima nanti, apakah kita rugi? Secara keseluruhan apakah kita rugi?

Untuk itu bagaimana kalau pelatihan peningkatan kapasitas diadakan secara rutin, melibatkan seluruh insan BPS sampai KSK. Untuk mitra bisa dilakukan di hari pelatihan kegiatan tersebut dengan menambahkan materi dan hari mengenai hasil kegiatan itu nantinya. Atau mungkin juga dengan peningkatan kapasitas mandiri (tenaga, waktu, dan biaya sendiri) yang diadakan atas dasar inisiatif BPS Kabupaten/Kota itu sendiri di masing-masing daerahnya.

1 comment:

  1. yap,..benar sekali,..bnyak aspek kehidupan juga yg spt ini,...hohohoho

    ReplyDelete