Dulu di rumah kami terdapat
sebuah pohon mangga di halamannya. Pohon ini terlihat seperti pohon mangga pada
umumnya - daunnya rindang dan batangnya besar. Memang selama kami tinggal di
sana, pohon ini jarang sekali berbuah. Namun ketika berbuah, daging buahnya
begitu tebal dan manis. Barulah kami tahu kalau ternyata pohon mangga itu
begitu baik karena buahnya.
Seiring berjalannya waktu, musim
berbuah pun lewat dan kami pun kembali menanti-nantikan pohon itu untuk berbuah
(kembali).
Setahun pun berlalu, namun pohon
tersebut tak kunjung berbuah. Kami pun kembali menunggu berharap sebentar lagi
ia berbuah. Namun setelah dua tahun lebih, pohon itu tetap tak kunjung berbuah.
Padahal pohon itu daunnya begitu rindang dan batangnya tampak kokoh dan besar.
Tentunya keberadaan pohon
tersebut memberikan konsekuensi lain kepada kami seperti; setiap hari daun
pohon yang gugur mengotori halaman, pencahayaan di rumah kami pun sedikit
terhalang kebesaran pohon itu, dan lagi belum lagi ketika mulai banyak ulat
bulu di pohon itu.
Kemudian muncul wacana di
keluarga kami, POHON MANGGA ITU AKAN DITEBANG. Dengan pertimbangan dan
perdebatan yang cukup alot akhirnya pohon itu akan ditebang dengan alasan
konsekuensi yang ditimbulkannya tersebut dan jarangnya dia berbuah, bahkan hanya
sekali ketika kami tinggal di rumah tersebut. Akhirnya, pohon itu pun ditebang.
Kini tidak ada lagi pohon mangga itu di sana.
Sebetulnya jika saja, pohon itu
berbuah secara rutin (sesuai musimnya) dengan buah yang begitu baik mungkin
ceritanya akan berbeda. Konsekuensi yang ditimbulkannya pasti bukan apa-apa
dibandingkan dengan hasil yang diberikannya. Keluarga kami pun pasti akan
memikirkan solusi lainnya dengan tetap menjaga pohon itu.
Karena kami tahu pohon itu baik
buahnya dan berbuah pada musimnya.
Begitu juga dengan kita khususnya
insan BPS. Pelajaran penting yang dapat kita renungkan adalah baik buahnya dan
berbuah pada musimnya. Biarlah lewat buah kita (baca: karya kita) orang
mengenal kita.
Bukankah Mario Teguh pernah
berkata "Kita menilai diri kita dari apa yang kita pikir bisa kita
lakukan, tetapi orang lain menilai kita dari apa yang sudah kita lakukan, untuk
itu apa yang kita pikir bisa kita lakukan, segeralah lakukan".
Tentunya setiap orang pasti
memiliki potensi-potensi dan kelebihan-kelebihannya masing-masing. Jadi untuk
berbuah tidak harus lewat potensi yang sama. Namun sesuaikan dengan potensi
masing-masing.
Dan jika setiap insan BPS berbuah
seperti pohon mangga tadi, coba kita bayangkan BPS akan "memanen"
seperti apa?
Tentunya pengembangan kita,
pengembangan BPS juga. Mari teruslah berkarya dan majulah BPS. BRAVO BPS.
Salam PIA
Balige, 9 November 2012
"Inspirasi begitu banyak di
sekitar kita, menanti kita untuk menyadari keberadaannya, dan segeralah
berkarya".
No comments:
Post a Comment